Minggu, 08 November 2009

pantun

Pantun

Pantun muda-mudi

Anak Merbah mati di lapah
Tertelan selasih di atas para
Bertemu sudah bicara sudah
Kenapa masih gundah gulana?

Burung puyuh terbang rendah
Mencari makan dengan pantas
Hatiku resah lagi gulandah
Kerana kasihku tidak berbalas

Pantun jenaka

Bacang masak bersama manggis
Dalam guri orang membawa
Bulan teresak matahari menangis
Mengapa pula bintang tertawa?

Bacang masak bersama manggis
Dibawa orang bersama pulut
Bulan teresak matahari menangis
bintang tertawa si bumi terkentut

Pantun Agama

Bunga Melati indahnya rupa
Sayang dicampak di tepi kali
Buah hati sudahku jumpa
Sayang ditembak SiBentung Kali?

Tok Guru mengayuh basikal
Laju menuju ke rumah Pak Pandir
Janganlah ragu janganlah kesal

Bukankah itu suratan takdir

Pantun nasihat

Membawa beras ke Inderagiri
Pucuk paku di dalam raga
Kenapa keras jariku ini
Ikan dilukis menjadi naga?

Kelapa bali kelapa puan
Ditawan orang di dalam kebun
Kalau nak lembutkan jarimu puan
Rendamlah di dalam airnya sabun

Pantun teka-teki

Sarmin pergi ke pasar membeli tahu

Jatuh satu ia nelangsa

Jika saja kau semua tahu

Apa itu pahlawan bangsa

Singa berkoar-koar

Oh! Sungguh aneh ia memakai pita

Ah, jika saja aku benar

Pahlawan bangsa adalah pejuang kita

Ciri-ciri pantun

1. Setiap bait terdiri 4 baris

2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran

3. Baris 3 dan 4 merupakan isi

4. Bersajak a – b – a – b

5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata

6. Berasal dari Melayu (Indonesia)

Cerpen

Sahabat Sejati

Oleh Suhartono

Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.

Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.

Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.

“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”

“Mungkin sakit!” jawab Mama.

“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat

Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.

“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,

Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.

Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur

Momon, Pa.

“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”

Iwan menggeleng.

“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.

“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.

Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.

“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.

“Lalu apa rencana kamu?”

“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”

“Maksudmu?”

“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.

“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.

Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.

Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.

Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.

“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”

“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”

Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.

“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.

“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”

“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”

Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.

Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua

Sabtu, 07 November 2009

Dear Diary

hari ini senang dan duka berdatangan aku senang bisa lulus dari SD dengan nilai Uasbn dan UAS yang bagus dan bisa diterima di Labschool tetapi aku sedih mengapa aku harus meninggalkan teman SD ku
dulu suka dan duka dilewati bersama-sama tapi sekarang kita harus berpisah bagai kabut yang menghilang ooh kumohon jangan kau melupakan ku teman-teman ku. aku pun tak akan melupakan mu dan maafkan lah seluruh kesalahankusemoga kita bisa cepat-cepat mengadakan reuni

sudah dulu ya diary

Pengalaman Mengesankan

Tanggal 30,Juni 2009 saat saya melaksanakan wisuda ,dan saya disuruh untuk memberi pidato perpisahan kepada teman-teman dan guru saya amat senang bisa dipilih dari 200 orang lebih untuk memberi pidato perpisahan setelah itu sambutan dari kepala sekolah setelah itu dimulai saat-saat yang membuat seluruh hati murid bergetar,yaitu pemberitahuan nilai terbaik Uasbn. Saya sangat gemeteran dan mengeluarkan keringat dingin

Dan dimulai lah pengumuman nilai Uasbn tertinggi pertama... ternyata bukan saya
yang kedua pun seperti itu dan yang ketiga saya sudah mulai putus asa tetapi ternyata yg ketiga adalah saya. Saya sangat senang sekaligus bangga.dan saat pengumuman nilai mata pelajaran tertinggi saya tidak berharap mendapat sesuatu. tetapi ternyata saya mendapat kan nilai tertinggi bidang matematika ,dan ipa


hatiku sangat senang aku tidak menyangka akan mendapat kan banyak kejutan dan kejutan terakhir pun datang yaitu pengumuman nilai UAS tertinggi ternya ta aku tertinggi ke empat oh aku benar -benar ingin pingsan saking senangnya aku melompat-lompat.

inilah pengalaman mengesankan saya